Bagaimana situasi dan kondisi pendidikan pada saat zaman pergerakan nasional?
Sejarah
Aisyahamnda4080
Pertanyaan
Bagaimana situasi dan kondisi pendidikan pada saat zaman pergerakan nasional?
1 Jawaban
-
1. Jawaban sitimnisa17
Sejak kebangkitan nasional (1908) sifat perjuangan rakyat Indonesia tidak hanya dilakukan dengan menggunakan fisik saja tetapi melalui berbagai partai dan organisasi, khususnya melalui pendidikan. Hampir setiap organisasi pergerakan nasional mencantumkan dan melaksanakan pendidikan dalam anggaran dasar dan/atau program kerjanya.I. Djumhur dan H. Danasuparta (1976) mengemukakan bahwa setelah tahun 1900 usaha-usaha partikelir di bidang pendidikan berlangsung dengan sangat giatnya. Pada masa itu lahir sekolah-sekolah partikelir yang diselenggarakan para perintis kemerdekaan yang terbagi atas dua corak yaitu :1. Sekolah-sekolah yang bercorak politik, diselenggarakan oleh Ki Hajar Dewantara (Taman Siswa), Dr. Douwes Dekker atau Dr. Setiabudhi (Ksatrian Institut), Moch. Sjafei (INS Kayutanam) dsb.2. Sekolah-sekolah yang bercorak Islam, diselenggarakan oleh Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sumatera Tawalib, dll.Sebelumnya juga telah diselenggarakan oleh tokoh-tokoh wanita seperti R.A. Kartini (Jepara), R.D. Dewi sartika (Bandung) dan Rohana Kuddus (Sumatera). Kebijakan dan praktek pendidikan yang diselenggarakan rakyat dan kaum pergerakan antara lain :a. Budi Utomo Dalam Kongres pertamanya (3-4 Desember 1908), Budi Utomo menegaskan tujuan perkumpulan adalah untuk kemajuan yang selaras untuk untuk negeri dan bangsa Indonesia.b. Muhammadiyah
Berdiri pada tanggal 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Didirikan dalam rangka memberikan pendidikan bagi bangsa Indonesia sesuai dengan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri. Dasar pendidikannya berasaskan Islam dan berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadist. Tujuannya untuk membentuk manusia manusia muslim berakhlak mulia, cakap, percaya diri dan berguna bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dibawah pimpinan Majelis Pengajaran. Sampai kini Muhammadiyah terus berjuang dan berkembang dalam rangka mencapai cita-citanya.c. Perkumpulan Putri Mardika Didirikan pada tahun 1912, bertujuan untuk memajukan pengajaran anak-anak perempuan (Odang, Muchtar, 1976)d. Trikoro Dharmo Didirikan tahun 1915. Berbagai organisasi pemuda dan pelajar yang berdiri hingga terjadi Sumpah Pemuda tahun 1928, bersama – sama gerakan lainnya menyumbangkan jasa yang besar demi pendidikan nasional dan kemerdekaan Indonesia.e. Perguruan Taman Siswa Awalnya Ki Hajar Dewantara (1889-1959) bersama rekannya berjuang di jalur politik praktis, namun mulai tahun 1921 perjuangannya difokuskan di jalur pendidikan. Taman Siswa didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara tujuan asas pendidikannya yang dikenal dengan azas Taman Siswa 1922, Pada tahun 1974 asas Taman Siswa (1922) diubah menjadi “Panca Dharma” Taman Siswa, yaitu : Kebebasan atau kemerdekaan, Kebudayaan, Kodrat Alam, kebangsaan dan kemanusianf. Ksatriaan Institut Ksatrian Institut didirikan oleh Ernest Francoist Eugene douwes Dekker (Multatuli atau Setyabudhi) yang memimpin lembaga ini sejak 1922-1940. Dasar pendidikannya adalah kebangsaan Indonesia, terutama melalui sejarah kebangsaan. Tujuannya adalah menghasilkan ksatria (ridderschap) bagi Indonesia Merdeka di masa datang. Sekolah kejuruan merupakan organisasi dalam sistem pendidikan Ksatriaan Institut sampai tahun 1937, ada sekolah yang tersebar di Bandung, Ciwidey, dan Cianjur (Odang Muchtar, 1976).g. Nahdlatul Ulama (NU) Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Salah seorang ulama yang mendirikan NU adalah KH. Hasyim Asy’ari yang pernah menjadi Raisul Akbar perkumpulan ini. Sebelum menjadi Partai politik NU bertujuan memegang teguh salah satu mazhab dari empat mazhab yang ada (Syafi’i, Maliki, Hanafi, Hambali) dan mengerjakan apa-apa yang menjadi kemaslahatan untuk agama Islam. Setelah menjadi partai Politik (Mei 1952) hingga kini NU masih terus berjuang melakukan inovasi dan menyelenggarakan Pendidikan ( I. Djumhur dan H. Danasuparta, 1976).